Sebagai akar dari segala genre musik, blues ternyata bukan hanya sekedar musik yang dimainkan. Meskipun seorang musisi piawai memainkannya namun tanpa ada penjiwaan dari musisi tersebut akan terasa kosong.
Sebagai musisi yang memang menggadrungi blues, Oppie Andaresta dan Abdee Negara atau Abdee Slank menuturkan bahwa blues adalah peluapan ekspresi sekaligus suara hati dari musisi tersebut. Seperti halnya saat Abdee tanpil di Jakarta International Blues Festival 2011 di Istora Senayan, Sabtu kemarin yang mana dia menyanyi. Meski dia sadar bahwa suaranya jelek untuk bernyanyi.
"Yang penting blues bukan teknik (vokal), tapi soal penjiwaan. Kalau dengar blues, jangan dengar pemainnya, tapi mendengar suara hati seseorang," ujarnya saat dijumpai di Istora Senayan beberapa waktu yang lalu.
Senada dengan Abdee, Oppie mengatakan bahwa blues adalah kebebasan dari musisi tersebut untuk mengeksplorasi nada namun masih ada feelnya.
"Kalau blues itu free falling, jadi kita bebas, kalau ada musisi kita kenal, main, nge-jams. Semua masing-masing udah tahu posisinya. Kita akan eksplorasi nada dengan bebas, tapi ada feel-nya, ada rasanya. Sebetulnya, blues musik yang ramah, musik yang bisa membuat pemainnya berkomunikasi," paparnya.
Jika blues adalah kebebasan dalam berekspresi, lantas seperti apa bentuk kebebasan tersebut? "Kalau kita trance (main blues), itu kita mengabaikan teknis, kebebasan berekspresi itu udah gak bisa disimpulkan dengan kata-kata. Musisi blues yang bagus, ketika bermain, mengisi musiknya dengan jiwanya dia. Proses untuk dapatkan feel-nya lama. Makanya, musisi blues banyak orang kulit hitam karena mereka sejarahnya dapat pain-nya. Ada susahnya deh," jawab Oppie.
Lebih lanjut Abdee menambahkan bahwa seandainya pejabat menyukai musik blues maka mereka akan peka terhadap permasalahan yang terjadi di Indonesia. Mereka kayaknya harus pelajari blues, atau setidaknya dengerin blues supaya lebih peka," tukasnya sambil tersenyum.
Sumber: (kpl/ato/faj) Kapanlagi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar